Rapat Secara Virtual di Ruang Rapat Bantaya Kantor Wali kota Palu

17 Mei 2021 28 KALI DILIHAT

PALU.Sulteng, MediaSorotMata.com – Wali kota Palu, H. Hadianto Rasyid, SE ‘Pengarahan Presiden RI kepada Kepala Daerah se-Indonesia Tahun 2021’ secara virtual di Ruang Rapat Bantaya kantor Wali kota Palu, pada Senin (17/5/2021).

Turut mendampingi Wali kota yakni Wakil Wali kota Palu, dr. Reny A. Lamadjido, Sekretaris Daerah kota Palu, H. Asri, SH, Kajari, serta perwakilan Polres Palu dan Kodim 1306 Donggala.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Dalam Negeri RI ini diawali dengan laporan Menteri Dalam Negeri RI, Tito Karnavian.

Dalam laporannya, Tito menginformasikan mengenai dampak pandemi Covid-19 yang dialami Indonesia sejak 2020 hingga sekarang. Dikatakan, dalam penanganannya, setiap kepala daerah harus mampu menghadapi pandemi tersebut untuk tetap menyelamatkan masyarakat.

“Hingga saat ini, (diakui) dunia belum dapat membendung lonjakan penyebaran Covid-19. Disisi lain, pada 3 bulan terakhir Indonesia mampu menekan dengan kegiatan PSBB dan PPKM Skala Mikro.

Untuk itu, setiap minggu digelar rakor mulai pusat hingga daerah. Ada 4 indikator dalam penanganan Covid-19 oleh kepala daerah, salah satunya angka recovery harus naik,” kata Mendagri.

Ia juga mengatakan momentum hari raya harus disikapi serius oleh setiap kepala daerah dengan berkaca dari negara India.

“Untuk itu, kami memohon arahan dari Bapak Presiden menjalankan kebijakan,” tutupnya, dikutip di akun instagram palu.kota.

Kemudian, Presiden RI, Joko Widodo dalam arahannya memaparkan mengenai kondisi mudik lebaran yang mendapat perhatian khusus. Disebutkannya, ada 1,5 juta orang mudik selama 6 hingga 17 Mei.

“Awal dulu saya sampaikan ada 33 persen (yang mudik). Kemudian, saya larang sehingga turun jadi 17 persen dan terus turun saat ada penyekatan sekitar 1,1 persen.

Meski begitu, saya melihat masih banyak yang datang ke tempat wisata. Diharapkan, kasus aktif bisa turun lagi dimana pada Februari sebagai puncaknya jumlah kasus sebanyak 176 ribu tapi kini turun menjadi 90-an ribu. Ini yang terus kita tekan sehingga membutuhkan konsistensi.

Hati-hati karena gelombang kedua dan ketiga sangat berbahaya, seperti halnya di negara-negara tetangga kita yang lockdown hingga Juni,” paparnya. (Angi)

Related posts

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *